BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang
memiki lebih dari 17.000 pulau dengan total wilayah 735.355 mil persegi. Indonesia dan menempati peringkat keempat dari 10 negara
berpopulasi terbesar di dunia
(sekitar 220 juta jiwa). Tanpa sarana transportasi yang memadai maka akan sulit
untuk menghubungkan seluruh daerah di kepulauan ini.
Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan
turunan (derived demand) akibat
aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya. Dalam kerangka makro-ekonomi,
transportasi merupakan tulang punggung perekonomian nasional, regional, dan
lokal, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Harus diingat bahwa sistem
transportasi memiliki sifat sistem jaringan di mana kinerja pelayanan
transportasi sangat dipengaruhi oleh integrasi dan keterpaduan jaringan.
Pulau-pulau di Indonesia hanya bisa
tersambung melalui laut-laut di antara pulau-pulaunya. Laut bukan pemisah,
tetapi pemersatu berbagai pulau, daerah dan kawasan Indonesia. Hanya
melalui perhubungan antar pulau , antar pantai, kesatuan Indonesia dapat terwujud.
Pelayaran yang menghubungkan pulau-pulau, adalah urat nadi kehidupan
sekaligus pemersatu bangsa dan Negara Indonesia. Sejarah kebesaran Sriwijaya
atau Majapahit menjadi bukti nyata bahwa kejayaan suatu Negara di nusantara
hanya bisa dicapai melalui keunggulan Laut. Karenanya, pembangunan industry
pelayaran nasional sebagai sektor strategis, perlu diprioritaskan agar dapat
meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global. Karena nyaris seluruh
komoditi untuk perdagangan internasional diangkut dengan menggunakan sarana dan
prasarana transportasi Laut, dan menyeimbangkan pembangunan kawasan (antara
kawasan timur Indonesia dan barat) demi kesatuan Indonesia, karena daerah
terpencil dan kurang berkembang (yang mayoritas berada dikawasan Indonesia timur
yang kaya sumber daya alam) membutuhkan akses ke pasar dan mendapat layanan,
yang seringkali hanya bisa dilakukan dengan transportasi Laut.
Pelayaran
adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan angkutan diperaiaran, kepelabuhan,
serta keamanan dan keselamatannya. Secara garis besar pelayaran dibagi menjadi
dua yaitu pelayaran niaga (yang terkait dengan kegiatan komersial) dan
pelayaran Non Niaga (yang terkait dengan kegiatan non komersil seperti
pemerintahan dan bela Negara).
Angkutan
diperairan (dalam makalah ini disepadankan dengan transportasi Laut) adalah
kegiata pengangkutan penumpang, dan atau barang, dan atau hewan, melalui suatu
wilayah perairan (laut, sungai, dan danau penyeberangan) dan teritori tertentu
(dalam negeri atau luar negeri), dengan menggunakan kapal, untuk layanan khusus
dan umum. Wilayah perairan terbagi menjadi :
1. Perairan
laut : wilayah perairan laut.
2. Perairan
sungai dan danau : wilayah perairan pedalaman, yaitu : sungai, danau, waduk,
rawa, banjir, kanal dan terusan.
3. Perairan
penyeberangan : wilayah perairan yang memutuskan jaringan jalan atau jalur
kereta api. Angkutan penyeberangan berfungsi sebagai jembatan penggerak,
penghubung jalur.
Teoriti Pelayaran terbagi menjadi :
1. Dalam negeri
: untuk angkutan domestik, dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di wilayah
Indonesia.
2. Luar negeri
: untuk angkutan internasional (ekspor/import), dari pelabuhan Indonesia (yang
terbuka untuk perdagangan luar negeri ) ke pelabuhan luar negeri, dan
sebaliknya.
Angkutan Dalam Negeri diselenggarakan dengan kapal
berbendera Indonesia, dalam bentuk :
1. Angkutan
Khusus, yang diselenggarakan hanya untuk melayani kepentingan sendiri sebagai
penunjang usaha pokok dan tidak melayani kepentingan umum, di wilayah perairan
laut, dan sungan dan danau, oleh perusahaan yang memperoleh ijin operasi untuk
hal tersebut.
2. Angkutan
Umum, yang diselenggarakan untuk melayani kepentingan umum, melalui : pelayaran
rakyat, oleh perorangan atau badan hukum yang didirikan khusus untuk usaha
pelayaran, dan memiliki minimal satu kapal berbendera Indonesia jenis
tradisional (kapal layar, atau kapal layar motor tradisional atau kapal motor
berukuran minimal 7GT), beroperasi di wilayah perairan laut, dan sungai dan
danau di dalam negeri.
Pelayaran Nasional, oleh badan hukum
yang didirikan khusus untuk usaha pelayaran, dan yang memiliki minimal satu
kapal berbendera Indonesia jenis non tradisional, beroperasi di semua jenis
wilayah perairan (laut, sungai dan danau, penyeberangan) dan teritori (dalam
negeri dan luar negeri). Pelayaran perintis yang diselenggarakan oleh
pemerintah di semua wilayah perairan (laut, sungai dan danau, penyeberangan)
dalam negeri untuk melayani daerah terpencil (yang belum dilayani oleh jasa
pelayaran yang beroperasi tetap dan teratur atau yang moda transportasi lainnya
belum memadai) atau daerah belum berkembang (tingkat pendapatan sangat rendah),
atau yang secara komersial belum menguntungkan bagi angkutan laut.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk
mengkaji Transportasi laut ,penulis mengambil rumusan masalalah yaitu
peran transportasi dalam percepatan
pembangunan pulau-pulau di Indonesia.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun
tujuan disusunya makalah ini yaitu untuk mengetahui peran transportasi
apa saja dalam percepatan pembangunan pulau-pulau di Indonesia.
Adapun
manfaat disusunya makalah ini adalah Agar meningkatkan pengetahuan tentang
peran tarnsportasi dalam percepatan
pembangunan pulau-pulau di Indonesia.
BAB
II
Peran
Transportasi dalam Percepatan
Pembangunan Pulau-Pulau di Indonesia
Transportasi laut yang merupakan salah satu bagian
dari Sistem Transportasi Nasional memegang peranan penting dan strategis dalam
mobilitas penumpang, barang dan jasa baik di dalam negeri maupun ke dan dari
luar negeri,disamping itu sebagai urat nadi kehidupan bidang ekonomi, sosial,
budaya,pertahanan dan keamanan serta sebagai sarana untuk meningkatkan dan memeratakan
kesejahteraan masyarakat. Sehubungan dengan peranan tersebut,sudah selayaknya
apabila bangsa Indonesia memiliki sarana dan prasarana transportasi laut yang
tangguh dan potensial agar peranannya dapat berfungsi secara optimal.
Pelabuhan laut yang merupakan salah satu sub sistem
transportasi laut adalah merupakan titik atau node dimana pergerakan barang dan
atau penumpang
dengan
menggunakan moda laut akan dimulai, diakhiri atau transit. Selain itu pelabuhan
laut berperan besar dalam pencapaian sistem transportasi laut yang efektif dan
efisien, untuk tercapainya sistem yang efektif dan efisien sangat dipengaruhi
oleh kinerja pelabuhan laut yang menghubungkan jaringan transportasi darat dan
laut. Peran pelabuhan tersebut hanya dapat dicapai jika pelabuhan tersebut
didukung oleh fasilitas yang memadai, sumber daya manusia yang profesional dan
sistem manajemen yang baik.
Pada umumnya
perkembangan sarana transportasi di Indonesia berjalan sedikit lebih lambat
dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia dan Singapura. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan regulasi pemerintah masing-masing negara dalam
menangani kinerja sistem transportasi yang ada. Kebanyakan dari Negara maju
menganggap pembangunan transportasi merupakan bagian yang integral dari
pembangunan perekonomian. Pembangunan berbagai sarana dan prasarana
transportasi seperti halnya dermaga, pelabuhan, bandara, dan jalan rel dapat
menimbulkan efek ekonomi berganda (multiplier
effect) yang cukup besar, baik dalam hal penyediaan lapangan kerja, maupun
dalam memutar konsumsi dan investasi dalam perekonomian lokal dan regional.
Kurang tanggapnya
pemerintah dalam menanggapi prospek perkembangan ekonomi yang dapat diraih dari
tansportasi merupakan hal yang seharusnya dihindari. Sistem transportasi dan
logistik yang efisien merupakan hal penting dalam menentukan keunggulan
kompetitif dan juga terhadap pertumbuhan kinerja perdagangan nasional dalam
ekonomi global. Jaringan urat nadi perekonomian akan sangat tergantung pada
sistem transportasi yang andal dan efisien, yang dapat memfasilitasi pergerakan
barang dan penumpang di berbagai wilayah di Indonesia.
Pada hakikatnya
transportasi merupakan proses perpindahan barang, manusia, maupun jasa. Dalam
proses perpindahan tersebut terdapat suatu proses dimana seseorang akan
melakukan aktivitas ekonomi. Salah satu contoh yang paling sederhana adalah
ketika seorang mahasiswa berangkat menuju kampus menggunakan sarana
transportasi umum berupa bus. Ketika mahasiswa menumpang bus tersebut telah
terjadi aktivitas ekonomi disaat mahasiswa membayar ongkos kepada kernet. Dalam
perjalanan biasanya pedagang asongan akan turut menumpang bus dengan menawarkan
barang daganganya. Ketika itu kembali lagi terjadi aktivitas ekonomi disaat
mahasiswa tersebut membeli barang dagangan pedagang tersebut. Melalui contoh
sederhana tersebut dapat dimaknai bahwa transportasi merupakan sarana penunjang
bagi aktifitas ekonomi.
Dalam hal ini
transportasi memegang peranan vital bagi
pembangunan ekonomi daerah. Melalui tersedianya sarana dan prasarana yang baik
maka distribusi barang, jasa, maupun manusia akan mampu berjalan lebih lancar,
cepat, dan dalam kuantitas yang besar sehingga pembangunan di daerah akan
berjalan dengan mulus.
Peranan transpotsi
laut yang menunjang salah satunya yaitu Teknologi pembuatan
kapal. Teknologi pembuatan kapal di Indonesia mengalami perkembangan yang
sangat pesat setelah mendapat pengaruh asing. Dari para pelaut asing itulah
bangsa Indonesia memperoleh tambahan pengetahuan teknologi navigasi dan
pelayaran, sehingga akhirnya Indonesia memiliki Idustri kapal yang modern.
Industri
perkapalan berawal dari sebuah bengkel tempat mereparasi kapal. Kemudian
bengkel itu berkembang menjadi industri yang merancang dan membangun kapal
sebagai sarana transportasi laut, dan dioperasikan oleh PT. Pelayaran laut
Nasional Indonesia (PT. PELNI). Industri kapal Indonesia dimotori oleh PT. PAL
Indonesia. Perusahaan ini merupakan sebuah BUMN. Pendiri perusahaan kapal ini
telah dirintis sejak tahun 1823, yaitu pada masa pemerintahan Hindia Belanda.
Ide pendirian bengkel reparasi kapal laut ini dimunculkan oleh Gubernur General
Hindia belanda V.D. Capellen. Nama perusahan itu adalah NV. Nederlandsch
Indische Industrie.
Pada tahun 1849, sarana perbaikan dan pemeliharaan kapal
mulai terwujud di daerah Ujung, surabaya. namun pada tahun 193 pemerintah
Hindia Belanda mengganti nama menjadi Marine Establishment (ME). ME berfungsi
sebagai sebuah pabrik pemeliharaan dan perbaikan kapal. Pada masa pendudukan
jepang, ME tidak berubah fungsi dan tetap menjadi bengkel reparasi dan
perbaikan kapal-kapal angkatan laut tentara Jepang dibawah pengawasan Kaigun.
Tetapi pada masa perang kemerdekaan, ME kembali dikuasai Belanda dan baru
diserahkan pada Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Sejak saat itu nama
perusahaan kapal laut tersebut diubah menjadi Penataran Angkatan Laut (PAL).
Pada athun 1978, status PT. PAL diubah menjadi perusahaan
umum (Perum) PAL. 3 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1981 bentuk badan usaha
Perum PAL diubah menjadi perseroan dengan pimpinan Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie
(saat itu menjabat sebagai menristek). PT. PAL memproduksi berbagai jenis
kapal, mulai dari kapal ikan, kapal niaga, kapal perang, tugboat, tanker, kapal
penumpang dan kapal riset. Kapal riset buatan PT. PAL adalah kapal Baruna Jaya
VIII milik LIPI.
Sementara itu upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah
dalam bidang trasportasi laut antara lain merehabilitasi dan meningkatkan
kapasitas infrastruktur yang ada, seperti pengadaan kapal Feri dan kapal
pengangkut barang, perbaikan pelabuhan-pelabuhan laut, terminal peti kemas dan
dermaga-dermaga. hal itu bertujuan untuk lebih memperlancar lalu lintas antar
pulau, meningkatkan perdagangan domestik dan internasional Indonesia.
Perkembangan trasportasi laut pada dewasa ini tidak terlepas
dari kemajuan teknologi tersebut telah membuat bangsa Indonesia dapat
memproduksi kapal angkut penumpang yaitu Palindo jaya 500. kapal tersebut
diluncurkan pertama kali pada bulan Agustus 1995. Kapal tersebut dibuat untuk
menunjang sarana trasportasi laut yang lebih cepat dan aman. Dengan demikian,
kegiatan trasportasi laut akan berdampak dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
Beberapa contoh peranan transportasi dalam memprcepat
pembangunan di Indonesia yaitu:
1. Usaha bongkar muat barang, yaitu
kegiatan usaha pembongkaran dan barang dan atau hewan dari dan ke
kapal.
2. Usaha jasa pengurusan transportasi
(freight forwarding), yaitu kegiatan usaha untuk pengiriman dan penerimaan
barang dan hewan melalui angkutan darat, laut, dan udara.
3. Usaha ekspedisi muatan kapal laut,
yaitu kegiatan usaha pengurusan dokumen dan pekerjaan yang berkaitan dengan
penerimaan dan penyerahan muatan yang diangkut melalui laut.
4. Usaha angkutan di perairan
pelabuhan, yaitu kegiatan usaha pemindahan penumpang dan atau barang atau hewan
dari dermaga ke kapal atau sebaliknya dan dari kapal ke kapal, di perairan
pelabuhan.
5. Usaha penyewaan peralatan
angkutan laut atau alat apung, yaitu kegiatan usaha menyediakan dan penyewaan
peralatan penunjang angkutan laut dan atau alat apung untuk pelayanan kapal.
6. Usaha tally, yaitu
kegiatan usaha perhitungan, pengukuran, penimbangan, dan pencatatan muatan kepentingan
pemilik muatan atau pengangkut.
7. Usaha depo peti kemas, yaitu
kegiatan usaha penyimpanan, penumpukan, pembersihan, perbaikan, dan kegiatan
lain yang terkait dengan pengurusan peti kemas.
Beberapa
permasalahan yang timbul dalam peranan
transportasi laut untuk mempercepat pembangunan di Indonesia yaitu ;
1. Masalah
Transportasi Laut Di Indonesia
Dalam
periode 5 tahun (1996-2000) jumlah perusahaan pelayaran di Indonesia meningkat,
dari 1,156 menjadi 1,724 buah, atau bertambah perusahaan (peningkatan rata-rata
10.5% p.a). Sementara kekuatan armada pelayaran nasional membesar, dari 6,156
menjadi 9,195 unit (peningkatan rata-rata 11.3% p.a). Tapi dari segi kapasitas
daya angkut hanya naik sedikit, yaitu dari 6,654,753 menjadi 7,715,438 DWT. Berarti
kapasitas rata-rata perusahaan pelayaran nasional menurun. Sepanjang periode
tersebut, volume perdagangan laut tumbuh 3% p.a. Volume angkutan naik dari
379,776,945 ton (1996) menjadi 417,287,411 ton (2000), atau meningkat sebesar
51,653,131 ton dalam waktu lima tahun, tapi tak semua pertumbuhan itu dapat
dipenuhi oleh kapasitas perusahaan pelayaran nasional (kapal berbendera
Indonesia), bahkan untuk pelayaran domestic (antar pelabuhan Inonesia). Pada
tahun 2000, jumlah kapal asing yang mencapai 1,777 unit dengan kapasitas
5,122,307 DWT meraup muatan domestic sebesar 17 juta ton atau sekitar 31%.
Walhasil,
saat ini industri pelayaran Indonesia sangat buruk. Perusahaan pelayaran
nasional kalah bersaing di pasar pelayaran nasional dan internasional, karena
kelemahan di semua aspek, seperti ukuran, umur, teknologi, dan kecepatan kapal.
Di bidang muatan internasional (ekspor/import) pangsa perusahaan pelayaran
nasional hanya sekitar 3% to 5%, dengan kecenderungan menurun. Proporsi ini
sangat tidak seimbang dan tidak sehat bagi pertumbuhan kekuatan armada
pelayaran nasional.
Data
tahun 2002 menunjukan bahwa pelayaran armada nasional Indonesia semakin
terpuruk dipasar muatan domestic. Penguasaan pangsanya menciut 19% menjadi
hanya 50% (2000:69%). Sementara untuk muatan internasional tetap dikisaran 5%.
Dari sisi financial, Indonesia kehilangan kesempatan meraih devisa sebesar
US$10.4 Milyar, hanya dari transportasi laut untuk muatan ekspor/ import saja.
Alih-alih memperoleh manfaat dari penerapan prinsip cabotage (yang
tidak ketat) industri pelayaran Indonesia malah sangat bergantung pada kapal
sewa asing. Armada nasional pelayaran Indonesia menghadapi banyak masalah,
seperti : banyak kapal, terutama jenis konvensional, menganggur Karena waktu
tunggu kargo yang berkepanjangan; terjadi kelebihan kapasitas, yang
kadang-kadang memicu perang harga yang tidak sehat; terdapat cukup banyak
kapal, tetapi hanya sedikit yang mampu memberikan pelayanan memuaskan; tingkat
produktivitas armada dry cargo sangat rendah, hanya 7,649 ton-miles/ DWT
atau sekitar 39.7% dibandingkan armada sejenis di Jepang yang 19,230 ton-miles
/ DWT.
Situasi
pelayaran sangat pelik, karena ketergantungan pada kapal sewa asing terjadi
bersamaan dengan kelebihan kapasitas armada domestic. Situasi bagai lingkaran
tak berujung itu disebabkan lingkungan investasi
perkapalan yang tidak kondusif. Banyak perusahaan pelayaran
ingin meremajakan armadanya, tapi sulit memperoleh pinjaman di pasar uang
domestic. Dan disisi lain lebih mudah memperoleh pinjaman dari sumber-sumber
luar negeri. Beberapa perusahaan besar cenderung mendaftarkan kapalnya di luar
negeri (flagged-out). Tapi perusahaan kecil dan menengah tidak mampu
melakukannya, sehingga tak ada alternative kecuali menggunakan kapal berharga
murah, tapi tua dan scrappy. Akibatnya terjadi ketergantungan yang semakin
besar pada kapal sewa asing dan pemrosotan produktivitas armada.
2. Masalah
Investasi Transportasi Laut
Di
Indonesia terdapat dua kelompok besar penyelenggara transportasi Laut, yaitu
oleh pemerintah (termasuk BUMN) dan swasta. Masing-masing kelompok terbagi dua.
Di pihak pemerintah terbagi menjadi BUMN pelayaran yang menyelenggarakan
transportasi umum dan BUMN non pelayaran yang hanya menyelenggarakan pelayaran khusus
untuk melayani kepentingan sendiri. Pihak swasta terbagi menjadi perusahaan
besar dan perusahaan kecil (termasuk pelayaran rakyat). Ragam mekanisme
penyaluran dana investasi pengadaan kapal ternyata sejalan dengan pembagian
tersebut. Masing-masing pihak di tiap-tiap kelompok memiliki mekanisme
pembiayaan tersendiri.
3. Hambatan
dalam Pendanaan Kapal
Dunia pelayaran Indonesia menghadapi
banyak hambatan structural dan sistematis di bidang financial, seperti di
paparka di bawah ini:
1)
Keterbatasan
lingkup dan skala sumber dana : Official Development Assistance(ODA),
terkonsentrasi untuk investasi public di berbagai sector pembangunan, kecuali
pelayaran. Other Official Finance (OOF), kredit ekspor dari
Jepang sedang terjadwal ulang. Foreign Direct Investment (FDI),
sejauh ini tidak ada anggaran pemerintah hanya dialokasikan untuk pengadaan
kapal pelayaran perintis. Pinjaman Bank asing tersedia hanya untuk perusahaan
pelayaran besar (credit worthby) pinjaman Bank swasta nasional hanya disediakan
dalam jumlah sangat kecil.
2)
Tingkat
suku bunga pinjaman domestic 15-17% p.a untuk jangka waktu pinjaman
5 tahun.
3)
Jangka
waktu pinjaman yang hanya 5 tahun terlalu singkat untuk industri pelayaran.
4)
Saat
ini kapal yang dibeli tidak bisa dijadikan sebagai kolateral.
5)
Tidak
ada program kredit untuk kapal feeder termasuk pelayaran rakyat, kecuali
pinjaman jangka pendek berjumlah sangat kecil dari bank nasional.
6)
Tidak
ada kebijakan pendukung,serta Prosedur peminjaman (appraisal, penyaluran,
angsuran) kurang ringkas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Industri
pelayaran, bahkan transportasi Laut yang merupakan salah satu bagiannya
memiliki banyak aspek yang saling terkait. Karena itu, upaya peningkatan daya
saing pada aspek yang relevan perlu dilakukan secara simultan. Aspek relevan
tersebut meliputi : Pembenahan administrasi dan manajemen pemerintahan di laut,
termasuk keselamatan dan keamanan Laut serta perlindungan laut.
2. Dengan tersedianya sarana dan prasarana yang
baik maka distribusi barang, jasa, maupun manusia mampu berjalan lebih lancar,
cepat, dan dalam kuantitas yang besar sehingga pembangunan di daerah akan
berjalan dengan mulus.
3.2 Saran
1.
Untuk
memajukan transportasi berbagai moda di Indonesia, pemerintah harus menaruh
perhatian besar pada pembangunan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, dan
bandar udara. Selain itu yang tak kalah penting adalah terus berupaya
meningkatkan pelayanan dan pemeliharaan infrastruktur-infrastruktur tersebut.
2.
Dalam hal peningkatan kualitas pelayanan transportas, pemerintah wajib
menerapkan kebijakan-kebijakan regulasi dan manajemen transportasi yang
efektif, serta melakukan pengawasan-pengawasan ketat terhadap pengoperasia
kebijakan-kebijakan tersebut untuk meminimalisir penyimpangan-penyimpangan yang
dilakukan oleh perusahan atau organisasi penyelenggara transportasi
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut